BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semua bangsa berusaha
keras untuk melestarikan warisan pemikiran dan sendi-sendi kebudayaanya.
Demikian juga umat islam amat memperhatikan kelestarian risalah Muhammad bukan
sekedar risalah ilmu dan pembaharuan yang hanya
diperhatikan sepanjang diterima akal dan mendapat respon manusia. Tetapi,
diatas itu semua ia agama yang melekat pada akal dan terpateri dalam hati. Oleh
sebab itu kita dapati para pengemban petunjuk yang terdiri atas para sahabat,
tabi’in dan generasi sesudahnya meneliti dengan cermat tempat turunya Qur’an
ayat demi ayat, baik dalam hal waktu ataupun tempatnya. Al-qur’an maupun al-hadist di sampaikan melalui perantara
nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Menurut
perspektif historis, secara global dalam menyebarkan dakwah islam terbagi
menjadi dua fase yaitu fase makiyyah dan madaniyyah. Penelitian ini merupakan
pilar kuat dalam sejarah perundang-undangan yang menjadi landasan bagi para
peneliti untuk mengetahui metode dakwah, macam-macam seruan, dan pentahapan
dalam penetapan hukum dan perintah. Orang yang membaca al-Qur’anul
karim akan melihat bahwa ayat-ayat makiyyah mengandung karakteristik yang tidak ada dalam
ayat-ayat madaniyyah, baik dalam irama
maupun maknanya.
2. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian makkiyah dan madaniah?
2.
Apa ciri
dari makiyyah dan madaniyyah?
3.
Apa teori
penentuan makiyyah dan madaniyyah?
4.
Bagaimana klasifikasi
makiyyah dan madaniyyah?
5.
Apa saja
manfaat mempelajari makiyyah dan madaniyyah?
3. Tujuan
Penulisan Makalah
a. Untuk mengetahui
pengertian makkiyah dan madaniah.
b. Untuk mengetahui cirri-ciri makiyyah dan
madaniyyah.
c. Untuk mengetahui teori penentuan makiyyah dan
madaniyyah.
d. Untuk mengetahui klasifikasi makiyyah dsan
madaniyyah.
e. Untuk mengetahui manfaat mempelajari makiyyah
dan madaniyyah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian makiyyah dan madaniyyah.
Dalam mendefinisikan tentang surat-surat
Makiyyah dan Madaniyyah,terdapat perbedaan pendapat di kalangan Ulama’
Ulumul Qur’an,seperti yang di ungkapkan oleh Al-Zarkasyi dalam kitab Al-burhan
fi ‘Ulumil Qur’an.
-Pertama : sebagian ulama’ memutuskan Makiyyah
dengan surat-surat dan ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di Makkah dan
sekitarnya.
Sedangkan Madaniyyah mereka menggunakan
surat-surat dan ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya,
( Makan al-Nuzul ).
-Kedua : ulama’ yang mendefinisikan al-Makki
dengan surat dan ayat-ayat al-Qur’an yang titik berat khittab ( arah
pembicaraannya ) lebih ditujukan kepada penduduk Makkah.
Sedangkan al-Madani adalah surat-surat
dan ayat-ayat al-Qur’an yang titik tekan arah pembicaraannya lebih ditujukan
kepada penduduk Madinah, (Mukhattab ).
-Ketiga : pendapat ini sering disebut sebagai
pendapat yang paling masyhur di kalangan ulama’ Ulumul Qur’an, yaitu bahwa
al-Makki adalah sebagai sebutan untuk surat-surat dan ayat-ayat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad sebelum beliau hijrah ke Madinah, tanpa peduli apakah ayat
tersebut turun di Makkah atau tempat lain.
Sedangkan al-Madani ialah kelompok surat dan
al-Qur’an yang diturunkan sesudah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah walaupun
turunnya di Makkah, ( Zaman al-Nuzul ). [1]
2. Ciri-ciri Makiyyah dan Madaniyyah.
Untuk bisa membedakan ayat-ayat yang masuk pada
kategori Makiyyah dan Madaniyyah, para sarjana muslim merumuskan melalui
cirri-ciri spesifik dalam menguraikan kronologis al-Qur’an, dalam dua
titik tekan dalam usahanya itu,yaitu titik tekan analogi dan titik tekan
tematis.
v Ciri-ciri melalui titik tekan analogi.
1) Makiyyah.
a. Didalamnya terdapat ayat sajdah. Sebagian ulama
berpendapat, bahwa jumlah ayat sajdah dalam Al-Qur’an ada 16 ayat yang terdapat
pada surat-surat tertentu. Diantaranya dalam surat Al-A’raf:206
ويسبحو نه و له يسجدو
“Dan maereka bertasbih memujinya
dan hanya kepada-Nya lah mereka bersujud”
b.
Ayat-ayatnya
di mulai dengan kata-kata “ Kalla” ,
misalnya كلآسوف تعلمون
c. Dimulai dengan “يأيها الناس” dan
tidak ada kalimat “ يأيهاالذين امنون “, kecuali
tujuh ayat ayat yang tetap tergolong Madaniyyah; yaitu : Q.S. al-Baqarah :
21,168, an-Nisa’ : 1, 133, 170, 174, al- Hujurat : 13, dan juga surat al-Hajj :
73 ( yang masih di perselisihkan para ulama’ ).
d. Ayat-ayatnya mengandung kisah para Nabi, Rasul
dan umat-umat terdahulu, kecuali Q.S. al-Baqarah.
e. Ayat-ayatnya berbicara tentang Nabi Adam dan
iblis, kecuali Q.S. al-Baqarah
f. Ayat-ayatnya di mulai dengan huruf
terpotong-potong ( al-ahraf al-muqatha’ah
atau fawaatihussuwar ) ,
seperti “Alim lam mim, alim lam ra,ha mim
“, kecuali Q.S Al-Baqoroh dan Ali ‘Imron, sedang Q.S. al-Ra’ad masih
diperselisihkan, dalam al-Qur’an terdapat 29 surat yang diawali dengan al-ahraf al-muqatha’ah yaitu : Q.S.
al-Baqarah, ali Imran, al-An’am, Yunus, Hud, Yusuf, al-Ra’d, Ibrahim, al-Hijr,
Maryam,Thaha, as-Syu’ara, al-Namh, al-Qashash, al-Ankabut, al-Ruum, Luqman,
al-Sajdah, Yasin, Shad, al-Mukmin, Fushilat/ Hamim as-Sajdah, al-Syura,
al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf, Qaf, dan al-Qaham.
g. Surat atau ayat yang di awali atau di dalamnya
terdapat kata-kata Alhamdulillah (hamdalah)
dan kata-kata al-Hamd ( pujian )
lainnya, kecuali kata “ bihamdirabbika “
yang terdapat pada Q.S. al-Baqarah :30 yang tergolong Madaniyyah.
Selain tujuh cirri-ciri yang qath’i di atas, surat makiyyah juga
memiliki cirri-ciri yang bersifat aglaby (bersifat kebiasaannya). Adapun
ciri-ciri yang bersifat aglaby bagi surat makiyyah adalah pada umumnya surat
dan ayatnya pendek, mengajak manusia untuk berbuat baik, di dalamnya banyak
terdapat lafadz-lafadz sumpah dan mengandung seruan untuk beriman kepada Allah
dan hari akhir serta menggambarkan keadaan surge dan neraka.
2) Madaniyyah.
a.
Mengandung ketentuan-ketentuan faraid (warisan) had(sesuatu yang membatasi
diantara dua benda atau cegahan,menjelaskan mengenai hokum
perdata,kemasyarakatan,dan kenegaraan.
b. Berisi
sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-ankabut yang turun di
makah.Hanya sebelas ayat pertama dari surat Al-Ankabut yang madaniyyah.
c.
Mengandung uraian perdebatan dengan Ahli kitab
( Yahudi dan Nasrani ), yang berisi seruan menuju islam, kecurangan terhadap
kitab, tindakan mereka menjauhi kebenaran, kecuali Q.S. al-An’am, al-Ra’d,
al-Ankabut, al-Muddatstsir, dalam al-Qur’an kata “ ahlul kitab” di sebut sebanyak 31 kali dalam 9 surat dan 31 ayat.
Sedangkan “ utul kitab “dan “ atinal kitab “ terulang sebanyak 10
surat dan 25 ayat.
d. Setiap
surat yang dimulai dengan يأيها الذين امنو ,
kecuali surat Al-Baqoroh:21 dan 128, An-Nisa’:170 dan 175, Al-Hajj:1, dan
Al-Hujarrat:13.
Dan cirri-ciri yang
bersifat aglaby sebagian surat dan ayatnya panjang. Selain itu, gaya bahasanya
cukup jelas dalam menerangkan masalah-masalah hokum. Dan juga menerangkan
secara terperinci tentang dalil-dalil yang menunjukkan kepada hakikat
keagamaan.
v Ciri-ciri melalui titik tekan tematis.
1) Makiyyah.
a. Banyak mengandung kata-kata sumpah (
qasam ).
b. Ayat dan suratnya pendek-pendek dan
bernada agak keras, misalkan dalam juz 30 ( juz ‘amma ) kecuali Q.S.
al-Bayyinah, dan an-Nashr, dan kelompok surat panjang al-sab’u al-Thiwal hanya dua surat saja yang termasuk Makiyyah
yaitu Q.S. al-An’am dan al-A’raf.
c. Menjelaskan ajakan monotheisme, ibadah
kepada Allah semata, risalah kenabian, hari kebangkitan dan pembalasan, hari
kiamat, surga, neraka, dan mendebat kelompok musrikin dengan
argumentasi-argumentasi rasional dan naqli.
d. Menetapkan fondasi-fondasi umum pembentukan
hukum syara’ dan keutamaan akhlaq yang harus di miliki masyarakat.
2) Madaniyyah.
a. Mengungkap langkah-langkah orang-orang munafik,
selain Q.S. al-Ankabut.
b. Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah,
hudud, bangunan rumah tangga, warisan, serta persoalan-persoalan hukum syara’,
keutamaan jihad, hubungan social, hubungan internasional.
c. Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang
serta menjelaskan hukum dengan terang dan menggunakan ushlub yang terang pula,
seperti kelompok “al-Sab’u al-Thiwal
“ ( tujuh surat terpanjang ) yaitu : Q.S. al- Baqoroh, an- Nissa’, ali
Imron, al- Maidah, al-A’raf, al-An’am, dalam penentuan satu surat lagi terjadi
perbedaan pendapat dari kalangan ulama’, yaitu : Q.S. al-Anfal, at-Taubah,
al-Kahfi, al-Mukminun. [2]
3. Teori penentuan Makiyyah dan Madaniyyah.
Ada empat teori dalam penentuan surat atau
ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah, yaitu :
1) Teori Mulaahazhatu Makani Al Nuzuli ( Teori
Geografis ), yaitu teori yang berorientasi pada tempat turunnya ayat.
Makkiyah ialah ayat atau surat yang
turun di Makkah dan sekitarnya, baik waktu turunnya itu Nabi Muhammad Saw belum
hijrah ke Madinah, Sedangkan Madaniyyah ialah ayat yang turun di Madinah dan
sekitarnya.[3]
Kelebihan dari teori ini adalah hasil rumusan pengertian Makki dan
Madani ini jelas dan terang, Sedangkan kelemahannya, rumusan ini tidak bisa
dijadikan patokan sebab rumusannya itu belum bisa mencakup seluruh ayat
al-Qur’an, karna tidak semua ayat al-Qur’an turun di Makkah dan sekitarnya atau
di Madinah dan sekitarnya, seperti ayat :
لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا
لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ
لَوِاسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُون
“ Dan kalau yang kamu serukan ( kepada mereka )
itu keuntungan yang mudah di peroleh dan perjalanan yang
tidak jauh, tentu mereka itu akan
mengikuti kamu.“ Q.S. At-Taubah :42 .
Ayat ini
turun di daerah Tabuk, jauh dari kota Makkah maupun Madinah.[4]
2) Teori Mulaahazhah al Mukhaathabiina fi al
Nuzuuli (Subjektif ), yaitu teori yang berorientasi pada subjek siapa yang di
khithab atau di panggil dalam ayat.
Makiyyah
ialah yang berisi khitab atau panggilan kepada penduduk Makkah dengan memakai
kata-kata : Yaa ayyuha annasu ( hai
manusia ) atau Ya bani Adama ( hai
anak cucu Adam ), Sedangkan Madaniyyah ialah yang berisi panggilan kepada
penduduk Madinah, dengan ayat yang di mulai dengan nida’ ( panggilan ) Ya
ayyuhal ladzina aamanuu ( wahai orang-orang yang beriman ).
Kelebihan
teori ini, rumusannya mudah di mengerti sebab dengan memakai criteria khitab
atau nida’, lebih tampak dan cepat di kenal, Tetapi kelemahannya ialah tidak
semua ayat di mulai dengan nida’. Selain itu, ayat yang di mulai dengan “ Ya ayyuha al-nasuu “ tidak pasti
Makiyyah dan ayat yang di mulai “ Ya ayyuhal ladzina amanu “ tidak
pasti Madaniyyah, karna ada ayat yang di mulai dengan “ Ya ayyuha al-nassu “ bukan Makiyyah tetapi Madaniyyah, seperti ayat :
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ
“Hai sekalian
manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu
..‘’ Q.S.An-Nissa’ :1
Dan sebaliknya ada pula ayat yang di mulai
dengan nida’ : “ Ya ayyuhal ladzina amanu “,
merupakan ayat Makiyyah, seperti ayat :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ
“ Hai
orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhan-mu….” Q.S. Al-Hajj :77.
3) Teori mulahazhatu zamaani al Nuzuuli ( Teori
Historis ), yaitu berorientasi pada sejarah turunnya al-Qur’an.
Makiyyah
ialah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad Saw ke
Madinah meski turunnya di luar kota Makkah, Sedangkan Madinnah ialah ayat-ayat
yang turun setelah Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah, meski turun di Makkah
atau sekitarnya.
Kelebihan
teori ini, di nilai para ulama’ sebagai teori yang benar, baik dan selamat,
tidak ada seorang yang menilai teori historis ini jelek atau lemah, semua
memuji dan hanya menyebutkan kelebihan-kelebihannya.
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا.....
“….Pada
hari ini telah Ku- sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu…” Q.S. Al-Maidah:3
Ayat ini
turun waktu Nabi Muhammad Saw wukuf di Arofah yang hanya 25 KM dari Makkah,
tetapi dalam teori ini ayat tersebut tetap di sebut Madaniyyah karena turun
setelah Nabi hijrah.
4) Teori Mulahazhatu ma Tadhammanat As-Suratu (
Teori Content Analysis),yaitu teori mendasarkan criteria Makiyyah dan
Madaniyyah kepada isi dari ayat atau surat yang bersangkutan.
Makiyyah
ialah surat atau ayat yang berisi cerita-cerita ummat dan para Nabi atau Rasul
dahulu, Sedangkan Madaniyyah ialah surat atau ayat yang berisi hokum
hudud, faraid dan sebagainya.
Kelebihan
dari teori ini ialah kriterianya jelas, sehingga mudah di pahami sebab gampang
di lihat orang, Sedangkan kelemahannya, pembedaan Makiyyah dan Madaniyyah dalam
teori ini tidak praktis, sebab orang harus mempelajari isi kandungan
masing-masing ayat dahulu baru bisa mengetahui kriterianya.[5]
Surat
Al-Mumtahanah sejak dari awal hingga akhir turun di Madinah apabila di tinjau
dari segi tempat, surat yang turun sesudah hijrah apabila kita memperhatikan
massanya, surat ini di hadapkan kepada penduduk Makkah, apabila kita
menghendaki orang-orang yang di hadapi, jika kita mengetahui maudhu’ nya maka
mengandung tuntutan kemasyarakatan yang merupakan ujian bagi hati orang mukmin.
Oleh karnanya para ulama’ memasukkan surat ini ke dalam.
ما نزل
با لمدينة وحكمه مكي
“Ayat
yang turun di Madinah sedang hukumnya dimasukkan ke dalam ayat-ayat yang turun
di Makkah. “
Firman Allah SWT.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ
ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
“ Wahai
manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang wanita dan Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal.” Q.S.
al-Hujurat : 13
Jika
tinjau dari segi orangnya, maka ayat ini di tujukan pada penduduk Makkah.
tujuan ayat ini ialah mengajak manusia berkenal-kenalan dan mengingatkan
manusia bahwa asal-usul mereka adalah satu jika di lihat maudhu’ nya.
Oleh
karnanya ayat ini tidak di katakan ayat Makiyyah secara mutlak dan tidak di
masukkan ke dalam ayat Madaniyyah secara mutlak. Ayat ini di masukkan ayat yang
turun di Madinah sedang hukumnya di golongkan kedalam ayat-ayat yang turun di
Makkah.[6]
4. Klasifikasi Makiyyah dan Madaniyyah.
Imam
al-Zarqani menegaskan bahwa untuk mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah adalah
berdasarkan informasi yang sampai pada sahabat dan tabi’in (
riwayat-riwayat al-Sama’I al-Naqli ),
alasannya adalah karena Nabi sendiri tidak pernah menjelaskan perihal ilmu al-Makki wal Madani, hal ini di
karenakan pada waktu itu kaum muslimin tidak memerlukan keberadaan ilmu seperti
itu , karena mereka menyaksikan dan mengetahui langsung penyampaian wahyu dan
proses turunnya al-Qur’an, mereka juga mengetahui tempat , waktu dan penyebab (
latar belakang ) turun ayat-ayat al-Qur’an dengan gambling. al-Zarqani mengutip
komentar Abdullah bin Mas’ud R.A, ( 32 H / 652 M ) Yang artinya, “ Demi Allah Dzat yang tiada Tuhan selain
Dia, Tidak ada surat pun dari kitab Allah (al-Qur’an ) yang turun, kecuali aku
mengerti benar di mana ayat itu di turunkan. Juga tidak satupun ayat
al-Qur’an kecuali aku juga mengetahui dalam persoalan apa ayat al-Qur’an itu di
turunkan. Dan srkiranya aku tahu bahwa ada seseorang yang mengetahuinya tentang
al-Qur’an melebihi aku, dan tempat tinggalnya dapat di jangkau dengan kendaraan
( onta ), niscaya akan aku kejar ia kesana “[7]
Sedang
menurut al-Ja’bari yang di kutip oleh al-Zarkasyi dalam al-Burhan fi ‘Ulumul Qur’an, ada dua cara mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah
yaitu :
- Al-Sima’I al-Naqli :
proses penurunan dan penyampaian al-Qur’an itu sendiri berdasar riwayat.
- Al-Qiyasi
al-Naqli : berdasarkan sejumlah cirri-ciri khusus yang telah di sebutkan
diatas.
5. Manfaat mempelajari Makiyyah dan Madaniyyah.
a. Membantu dalam menafsirkan al-Qur’an.
b. Pedoman bagi langkah-langkah dahwah.
c. Memberi informasi tentang sirah keNabian.[8]
d. Mudah di ketahui mana ayat-ayat al-Qur’an yang
hukum atau bacaannya telah di hapus dan diganti ( nasakh ) dan mana-mana yang
menasakhnya, sesuai dengan Firman Allah SWT:
مَا
نَنْسَخْ مِنْ آَيَةٍ أَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِنْهَا أَوْ مِثْلِهَا
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Ayat mana saja yang kamu nasakh kan, atau kamu
jadikan ( manusia ) lupa kepadanya, kamu datangkan lebih baik dari padanya atau
yang sebanding dengan nya, tiadakah kamu mengetahaui bahwa sesungguhnya Allah
Maha kuasa atas segala sesuatu?. “ Q.S.
al-Baqarah : 106
e. Mengetahui dan mengerti sejarah persyariatan
hukum-hukum islam (tarikh al-tasyri’ ) dan hikmah di syariatkannya suatu hokum
( hikmah al-tasyri’ ).
f. Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap
dakwah islamiyyah.
g. Mengerti perbedaan ushlub ( bentuk bahasa ) al-Qur’an,
yang dalam surah-surah Makiyyah berbeda dengan surah dalam Madaniyyah.
h. Mengetahui situasi dan kondisi masyarakat kota
Makkah dan Madinah.[9]
Ayat pertama dan terakhir yang turun di Makkah
dan Madinah.
Adapun
surat yang pertama kali di turunkan di Makkah adalah surat al-alaq ayat 1-5,
yang berbunyi :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1)
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2)
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3)
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4)
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
“Bacalah
dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusian dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar ( manusia )
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di
ketahuinya.”
Sedangkan surah yang terakhir kali di turunkan di Makkah adalah surat
al-Mu’minun, dan menurut pendapat lain adalah surat al-Ankabut.
Sementara
itu, surat yang pertama kali diturunkan di Madinah adalah surat Al-Baqorah.
Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-
Fath, mengemukakan bahwa pendapat tersebut telah di sepakati, akan tetapi,
pengakuan kesepakatan tersebut masih memerlukan penelitian ( controversial)
Al-Wahidi menukil (meriwayatkan ) dan Ali bin Husain bahwa surat yang pertama
kali di turunkan di Madinah adalah surat Al-Mutaffifin.
Adapun
surat terakhir yang di turunkan di Madinah adalah surat Baro’ah (At-Taubah ).
Pendapat lain bahwa surat yang terakhir diturunkan di Madinah adalah surat
Al-Maidah dan yang menurut pendapat lagi surat An-Nashr.
Menurut
Prof.Dr.Syeikh Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, surat yang terakhir kali di
turunkan secara utuh di Madinah adalah surat An-Nashr. Menurut suatu riwayat
surat tersebut di turunkan kepada Nabi Muhammad Saw pada haji wada’ di
pertengahan hari-hari tasriq, sedangkan surah Baro’ah dan Al-Ma’idah termasuk
dua surat di antara surat-surat yang terakhir di turunkan dan tidak di turunkan
secara bersamaan.[10]
KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam makalah ini dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1.
Pengertian Makiyyah dan Madaniyyah.
Ulama’ mendefinisikan Makiyyah dan Madaniyyah
menjadi tiga pendapat berdasarkan :
a. Makan an-Nuzul.
b. Mukhothab.
c. Zaman al-Nuzul
2. Ciri-ciri
Makiyyah dan Madaniyyah, berdasarkan dua titik tekan dalam usahanya yaitu,
titik tekan analogi dan titik tekan tematis.
3. Teori
penentuan Makiyyah dan Madaniyyah.
a. Teori Mulaahazhatu makani al nuzul (
teori geografis ).
b. Teori Mulaahazhah al-mukhaathabiina fi
al-nuzuli (teori subjektif).
c. Teori Mulaahazhatu zamani al-nuzuli (
teori historis ).
d. Teori Mulaahazhatu ma tadhammanat
as-suuratu ( teori content analysis ).
4. Mengetahui
manfaat mempelajari Makiyyah dan Madaniyyah.
5. Cara
mengetahui Makiyyah dan Madaniyyah melalui dua cara yaitu :
a. Al-Sima’I al-Naqli.
b. Al-Qiyasi al-‘Aqli.
6. Mengetahui
ayat pertama dan terakhir kali turun di Makkah dan Madinah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zarkasyi. 1957. Al-Burhan fi ‘Ulumul Qur’an.
Al-Zarqani. Manahinul
‘irfan fi ‘Ulumil Qur’an. Isa al-Baby al-Halaby.
Anwar, Rosihon, 2008. Ulum al-Qur’an . Bandung : Pustaka setia.
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasby, 2009. Ilmu-ilmu al-Qur’an ( ulum al-Qur’an ).
Semarang : Pustaka rizki putra.
Muhammad, Syeikh, 2001. Studi al-Qur’an al karim “ Menelusuri
sejarah turunnya al-Qur’an “. Bandung : Pustaka setia.
Sya’roni,
Sam’ani, 2011. Tafkirah ulum al-Qur’an,
Pekalongan : Al-Ghotasi putra
[1] Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulumul Qur’an
(t.t.:t.p.,1957)hlm.187
[2] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an ( Bandung : pustaka
setia, 2008 ),hlm.106-107.
[3] Sam’ani Sya’roni, Tafkirah Ulum al-Qur’an ( Pekalongan :
Al-Ghotasi Putra, 2011 ), hlm.55.
[4] Ibid. hlm.56
[5] Ibid . 57-62
[6] Teungku Muhammad Hasbi
Ash shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur’an (
Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009 )hlm.57-58.
[7] Al-Zarqani, Manahinul ‘irfan fi ‘ulumil Qur’an ( Isa
al- Baby al-Halaby ) hlm. 196
[8] Rosihon Anwar, op.cit,
hlm. 115-116
[9] Sam’ani Sya’roni,
op.cit, hlm.70-71
[10] Syeikh
Muhammad Bin Muhammad Abu Syahbah, Studi
Al-Qur’an al-karim “ Menelusuri sejarah turunnya al-Qur’an “ (Bandung : Pustaka
setia, 2001 ) hlm.258-259
Tidak ada komentar:
Posting Komentar